Wanita Kampung
wanita penikmat perjalanan, mari berbagi dalam kesederhanaan

Senin, 29 September 2014

Menengok Kampung Baduy Masa Kini


 
Rombongan foto dulu didepan tugu selamat datang.... Dok.pri

Waktu kecil dulu pernah baca majalah bekas dari limpahan tetangga hehe, disalah satu halaman ada tulisan yang membahas tentang seluk beluk suku Baduy.  Suku Baduy menarik  saya karena unik. Ya unik karena terisolasi dari dunia luar khususnya suku Baduy Dalam, Mereka hidup tanpa listrik, telepon, tv dan teknologi lainnya. Mereka mengisolasi diri dari dunia luar. Anak-anak dilarang sekolah. Kok bisa gitu yak... Kata adatnya memang melarang begitu.  Padahal saya juga pernah merasakan hidup tanpa aliran listrik waktu kecil dulu. Tapi tidak separah Baduylah. Barang-barang elektronik seprti tv dan radio masih bisa masuk dengan tenaga baterai dan genset.

Nah beberapa puluh tahun kemudian tepatnya bulan mei tahun ini saya berkesempatan mengunjungi suku Baduy. Senengnya gimana gitu secara dari kecil masih penasaran sama suku Baduy. Pengin melihatnya secara langsung kehidupan disana khususnya masyarakat suku Baduy Dalam. Bagaimana mereka hidup bermasyarakat yang terisolasi dari dunia luar.

Wajah-wajah tim rombongan... Foto Nyomot dari blognya mba evi tamala : http://v4n1ll4.blogspot.com aku ga bisa sotosop haduuhh..kampungan bener yah hihi


Berangkat bersama rombongan yang dipelopori oleh Mas Ipung Dkk. Saya gabung mereka hasil gogling inet..dan lagi2 saya berterima kasih sama mbah gugel karena dipertemukan dengan mereka. Alhamdulilah seneng deh, pesertanya kompak dan bikin ngakak sepanjang jalan. Padahal ceritanya juga ga lucu-lucu amat ya sih. Tapi dasar otak lagi koplak cerita apapun jadi ngakak yang bikin gigi somplak eh bukan gigi garing :P

Iuran anggotanya klo ga salah en ga lupa 175ribu sudah termasuk makan 2 kali, tiket kereta pp, transpot pp nyewa angkot "elep" dari stasiun ke tugu selamat datang di Ciboleger (pp) dan juga buat ngasih sembako tuan rumah yang diinepin gratis buat semalam suntuk.

Meeting point di stasiun Tanah Abang. Kereta berangkat jam 08.00 pagi. Waktu tempuh sekitar 2 jam-an nyampe stasiun Rangkasbitung. Dari stasiun ke Ciboleger naik angkot sewaan "elep" dengan waktu tempung kurang lebih 1 jam-an. Jalannya yah lumayan bagus, kadang aspal kadang aspalnya rusak naik turun bukit. Manariknya kadang berpapasan dengan angkot yang kelebihan muatan. Jadi ada beberapa orang yang sengaja naik diatap mobil. Wooohh...emejing dah..begini ya hidup didaerah pinggiran.
Jangan lupa beli tongkat ini ya daripada nyesel selama perjalanan 6 jam hiks... foto dari mba evi http://v4n1ll4.blogspot.com

 Habis ishoma jangan lupa blanja-blanja cemilan cepuluh di Indomaret satu-satunya yang ada di Ciboleger dan paling laris pula.  Gimana ga laris, suku Baduy kan belinya disitu. Dan kata si sopir, pertama kalinya buka Indomaret itu banyak diserbu suku Baduy. Mereka rada bingung karena banyak yang ga bisa baca tuh harga dietalase jadi main ambil aja. Pas dikasir banyak yang kaget blanjanya nyampe jutaan, jadi dibalikin lagi  deh beberapa belanjaanya biar ngepas ama duitnya. Oh iya suku baduy sekarang sudah mengenal duit ya. Jadi transaksi jual beli sudah pake mata uang rupiah. Ga Barter lagi...

Dan bagi yang jarang olahraga seperti saya ketika anda ditawari tongkat seharga 3 ribu mending beli aja. Karena saya bener2 menyesal diperjalanan karena tongkat itu amat sangat membantu lho. Tapi bagi yang kuat jalan monggo taklukan perjalanan anda. Tapi jangan kawatir disana juga banyak tukang porter yah. Ada juga porter cilik. Yah anak-anak baduy umur 10 tahunan sudah diajak bapaknya nyari duit sebagai tukang porter. Salutt. Satu tas ransel dihargai 30ribu dari Ciboleger nyape suku Baduy dalam. Karena saya ga kuat bawa mending porter tas ransel hihi...ketahuan nih jarang olahraga plus faktor umur juga :p

Para gadis Baduy luar..masih kinyis-kinyis dan cantik alami :)
Selama perjalanan bagi yang sudah naik gunung ga masalah. Tapi bagi yang belum pernah siapin mental aja ama fisik. Jalanya naik turun bukit, kalau hujan becek, licin, terkadang melewati jembatan bambu, nyebrang sungai dll. Butuh tenaga ekstra. Perjalanan dimulai dari perkampungan Baduy luar. Baduy luar sudah bisa menerima teknologi. Mereka sudah memakai kaos atau baju adat warna biru. Mereka bekerja sebagai tenun ada juga sebagai tukang porter atau pekerjaan kasar lainnya. Dibaduy luar masih bisa foto-foto sepuasnya. nanti akan ada sungai dan jembatan sebagai pembatas antara suku Baduy luar dengan Baduy dalam. 

Setelah melewati batas jembatan itu semua elektronik tidak boleh dinyalakan. Tidak boleh foto-foto. No handpone, no kamera dll. Sebenarnya penasaran sih mau motret dan nyalain hp tapi takut akan hukumannya. Karena saya mendengar orang baduy dalam sangat kuat ilmu mistisnya. 

Lumbung padi suku baduy, letaknya jauh dari rumah.Jika ada kebakaran rumah maka lumbung padinya masih aman. begitu pula sebaliknya.

Sampai dirumah penduduk Baduy Dalam sudah hampir mahrib. Kami mandi disungai terbuka dekat rumah penduduk. Mandi tidak boleh pake odol, sabun mandi ataupun shampo. Karena air sungai itu digunakan untuk keperluan sehari-hari jadi biar tetep bersih dan tak terkontaminasi bahan kimia. BAB dan BAK juga dilakukan dialiran sungai itu. Oh iya suku badyi dalam berbaju putih dimana semuanya sama  baik model dan coraknya, tidak ada produk baju dari luar. 

Rumah-rumah baduy dalam juga sama untuk ukuran dan modelnya. Kata tuan rumah yang kami singgahi jumlah rumahnya juga tetap sama dari dulu hingga sekarang. Tidak boleh dikurangkan dan tidak boleh dilebihkan. Terima apa saja yang sudah ada disitu. Rumah Baduy hanya memiliki satu kamar yang disekat alias tertutup ada pintunya yg terbuka. Disitu tuan rumahnya tidur dan memasak dalam satu ruangan. Sementara diruangan yang besar tanpa sekat itu buat tidur para pengunjung. Disetiap rumah ada 2 tungku api. Diluar untuk para tamu dan didalam untuk tuan rumah yang digunakan sebagai alat masak dan juga penghangat ruangan ketika musim dingin. Karena letak suku Baduy dalam berasa dibukit yang tinggi.

Mari mendaki...gambar bawah aktifitas tukang porter dan warga baduy lain


Saya kira, ketua tim memesan makanan khas Baduy Dalam. Ealah ternyata pesannya dibawah diCiboleger. Jadi dibawa sama tukang porternya naik turun bukit. Untuk makan pagi juga makan malam. Ketika malam suasana gelap dan memang terasa lama waktu berjalan. Aktifitasnya hanya ngemil, makan ngobrol dan ngobrol. HP, kamera tidak boleh dinyalakan :). Tapi disitulah saya bisa merenung sunyi, seperti bebas dari segala rutinitas sehari-hari, kerja, macetnya Jakarta dll semua sirna. Dalam renungan itu sempat berpikir, Hidup ini untuk apa sih? mereka juga bisa hidup dalam kesederhanaan ini. Tak melulu ngejar materi dan tetek bengeknya. Oh iya kalau orang kaya di Baduy Dalam ditandai dengan banyaknya lumbung padi yang dimilikinya. Semakain banyak maka ia disebut orang kaya. 

Perbukitan Menuju Baduy Dalam


Ada kejadian lucu ketika malam hari. Kami sedang mengobrol-ngobrol dan makan, ngemil dengan bekal yang kami bawa. Si bapak yang punya rumah hanya melihat  aktifitas kami tanpa mengobrol. Kami juga bingung karena ga bisa bahasa sunda. Istri dan anaknya didalam kamar terus ga mau keluar. Si Bapak bisa bahasa Indonesia sedikit2. Teman2 kami pada menawarkan bekal yang mereka bawa dari biskuit, chiki dan jajanan lain. Kalau bapak suka maka langsung dimasukan kedalam kamar. nah saya tuh punya biskuat yang masih utuh belum dibuka. Saya berikan ke Bapak itu. Cuma dipegang diliatin lalu diletakan begitu saja. Jajanan teman2ku diambil sibapak tapi kok biskuatku dibiarin aja sampai pagi. Terus saya mikir, kenapa ya? Setelah saya banding-bandingkan dengan jajanan teman saya, bungkus biskuatku ada gambar macannya (Harimau). Apa dikira dibuat dari macan ya jadi si Bapak itu takut atau memang dilarang sama adat hehe...mungkin aja kali ya 

Perjalanan Dimulai..Dok.Pri
Suku Baduy dalam juga sudah ada warung kelontong loh. Jualan aqua, mi, dll. Ini lama-lama kalau dikunjungi terus-menerus sama orang luar bisa terpengaruh nih generasi mudanya. Buktinya sudah banyak pemuda pemudi yang ga tahan dengan adat istiadat di Baduy Dalam. Mereka yang ga kuat akhirnya memilih tinggal di Baduy luar. 

Apalagi kata si tukang porternya setiap weekend suku Baduy bisa dikunjungi oleh orang luar/wisatawan bisa sampai 300ribu orang. Tapi ada waktu dibulan-bulan tertentu suku Baduy Dalam tidak boleh dikunjungi. Itu untuk melakukan ritual tahunan dan juga panen raya. Oh iya lupa. Info dari tukang porter kalau orang sakit mereka berobat kedukun. Pernah kejadian ada warga Baduy Dalam jatuh dari pohon yang tinggi dan terkena patah tulang. Berobat hanya ke dukun tidak sembuh2. Lalu orang luar menawarkan membawanya kerumah sakit dengan bantuan helikopter. Namun mereka tetep kekeh menolak. Akhirnya hanya dokternya saja yang datang mengunjungi ke Baduy Dalam dengan waktu yang sudah dijadwalkan.

Rehat sejenak di Rumah Baduy Luar
Ketika mau balik tim kami melewati jalur lain yang sama pajangnya hampir 6 jam jalan kaki naik turun bukit. Dan seperti biasa tukang porterku setia menunggu tas ranselku haha...Entah saya datang ke Baduy bisa berpengaruh positif apa tidak. Ada semacam penyesalan dalan diri ketika sudah mengunjungi suku Baduy seolah saya seperti merusak dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Baduy dengan gaya hidup seperti mode (pakaian, peralatan dan juga perlilaku perkotaan) yang membuat penasaran warga Baduy Dalam terhadap dunia luar. Sama seperti halnya saya penasaran terhadap kehidupan mereka yang terisolasi itu, seperti apa kehidupan mereka


Ah semoga saja suku Baduy Dalam tetap teguh memegang adatnya hingga tetap bertahan lama sampai anak cucu kita juga bisa mengenal siapa mereka. 


 
Perkampungan Baduy Luar



Jembatan Bambu


Tukang Porter Ranselku haha...

Narsis dulu sebelum pulang.  Nyungsrak nyungsruk bulepotan :)




Salam Jalan-jalan

Cempaka Putih, 29 September 2018  19.11






Senin, 01 September 2014

Dari Jualan Batagor ke Rumah Pelangi



13816989881666989928

Ceriaaa..bersama Rumah Pelangi

Teringat pesan seorang guru SD saya dulu pernah bilang “ Jika kau ingin pintar bertemanlah dengan orang-orang pintar”. Terus apa bedanya dengan kalimat “ Jika ingin sukses maka bertemanlah dengan orang-orang sukses atau jika kau menginginkan suatu inspirasi yang mengubah hidupmu maka bertemanlah dengan orang-orang hebat yang menginspirasi kamu dalam mencapai cita-citamu.

Maka sejak saat itu saya selalu berteman dengan teman-teman saya yang pinter. Biarpun saya agak kurang pinter juga.  Alhamdulilah masih kecipratan pinternya hehe...Minimal prestasi tidak mengecewakan tentunya.




13817022391507925467

Kegiatan di Rumah Pelangi

Ketika anda merasa hidupmu susah, selalu mengeluh terasa berat dan stress dalam menjalaninya itu wajar. Maka lihatlah sekelilingmu. Terkadang kamu tidak pernah tahu bahwa kamu masih beruntung dibanding orang lain. Carilah keberuntunganmu dari sisi lain. Cobalah membaca biografi orang-orang hebat. Mereka bisa hebat juga tidak mudah. Hanya semangat dan pantang menyerah yang menjadikannya orang hebat.

Dan kali ini saya juga dikelilingi orang-orang hebat yang mengisnpirasi. Minggu lalu saya ikut rombongan sahabat-sahabat Semestarian yang terdiri dari, Adam and Sun Foundation, Rumah Buku Cilegon, Perpus Semesta, Blogger Hibah Sejuta Buku, Arisan Buku Blogger dan beberapa teman kompasianer. Untuk detail kegiatan acaranya sudah diposting disini oleh sahabat saya yang kompasioner juga.

Kegiatan kunjungan kali ini merupakan yang ketiga bagi Semestarian. Dan kali ini berkunjung ke Rumah Pelangi yang ada di Bandung. Untuk kegiatan ini mengusung tema “ Berbagi Cerita Berbagi Ceria”. Rumah Pelangi adalah rumah belajar gratis bagi siapapun yang mau belajar. Didirikan oleh Kang Asep dan kak Rendi di tahun 2012. Kang Aseplah yang menurut saya tokoh yang inspiratif banget. Bagaimana tidak, dengan keterbatasan yang ia miliki, dia masih mau memberikan tenaga, waktu, pikiran bahkan rejekinya untuk membantu anak-anak yang kurang mampu untuk belajar di Rumah Pelangi.




1381702305648873866

Ngopi bareng dengan Pak Toni

Saya salut dengan semangat belajarnya yang tinggi dan pantang menyerah. Sejak kelas III SMP dia bekerja jualan batagor untuk membiayai sekolahnya hingga SMK. Tak sampai disitu setelah lulus SMK dia juga ingin melanjutkan kuliah dari mulai SNMPTN, Jalur khusus hingga ujian masuk STAN pun dijalanin. Namun gagal.

Tapi bukan Kang Asep namanya kalau ia pantang menyerah. Ia terus semangat belajar disekolah kehidupan. Membaca buku-buku motivasi untuk menyemangati dirinya. Untuk mengisi waktu luangnya selain jualan batagor keliling ia juga mengajar anak-anak di Rumah Mentari milik Kang Dudy yang jauh dari rumahnya.




1381700967751452301

Kang Asep menerima seperangkat Komputer dari Mang Aip from Adam & Sun Foundation

Dan katanya lagi, hasil keuntungan jualan batagor kadang habis hanya untuk transport bolak-balik dari rumahnya ke Rumah Mentari. Awalnya banyak teman dan juga keluarga yang bilang, buat apa sih susah-susah ngajar cuma ngabisin ongkos. Akhirnya ia mendirikan Rumah Pelangi didesanya yang deket dengan rumahnya.

Ia dibantu oleh teman-temannya dan juga mendapat sumbangan buku-buku dari para donatur untuk mengurusi Rumah Pelangi. Awalnya menggunakan kamarnya sebagaitempat kegiatan namun karena tidak muat maka kali ini mengontrak rumah panggung berrdinding bambu yang sangat sederhana. Berbagai kegiatan belajar dilakukan di rumah panggung itu. Dan saya salut sekali dengan semangat belajarnya yang tanpa henti. Sambil tetep jualan batagor yang sebagian hasil keuntunganya untuk ditabung sebagai biaya kuliahnya kelak juga untuk mengurusi Rumah Pelangi.

Ah ternyata ada orang dengan rejeki yang seadanya masih saja mau membantu orang lain. Terutama anak-anak kurang mampu untuk belajar di Rumah Pelangi. Jadi teringat cerita Pak Toni yang masih saudara Kang Asep yang memberikan nasehat pada kaum pemuda bahwa belajar itu penting. Jangan pernah berhenti belajar walau dalam keadaaan apapun. Kalau ada kemauan pasti ada jalan.




13817010672017176544

Mba Anas menyerahkan Buku dari Bloger Hibah Sejuta Buku

Pak Toni juga bercerita betapa ia dulu juga susah di waktu mudanya. Ia pantang menyerah dalam memperoleh pendidikan hingga bergelar insinyur dan bisa bekerja di Australia. Belajar dan berdagang. Itu yang diajarkan Pak Toni terhadap anak-anaknya, yang semuanya harus bergelar sarjana. Walau dari keluarga yang berkecukupan namun Pak Toni mengajarkan anak-anaknya untuk membiayai kuliahnya sendiri. Jadi Ia mengajarkan anak-anaknya cara berbisnis roti, membuat krupuk dan bisnis lainnya. Dan semua anaknya membiayai kuliahnya sendiri dengan cara berbisnis.

Dan sekarang diusia senjanya Pak Toni masih saja semangat belajar. Itu terlihat ketika kami ngopi bersama diwarung kecilnya. Sambil berjualan gorengan ia terlihat sibuk sedang belajar bahasa arab sendiri. Dan semoga Kang Asep dengan semangat belajarnya yang tinggi bisa sukses dan bisa melanjutkan kuliahnya kelak yang menjadi impiannya agar bisa mengajar dan berbagi ilmu kepada orang banyak. Amiiin....






13817011501823426204

Sahabat Rumah Pelangi dan Semestarian



,
Selamat Pagi...
Jakarta, 14 Oktober 2013 05.20

Setujukah, Bila Nama “Indonesia”Diganti dengan “Nusantara” ?




13967347911757077785


http://the-otherside-of-history.blogspot.com/2011/04/mahapatih-gadjahmada-sang-pengibar.html

Ada yang yang menarik di acara Kick Andy minggu ini yang tayang di Metro TV. Semua tentang ilmu metafisika. Tema garis besarnya lebih ke pengaruh sebuah “Nama” dengan segala kerugian dan keberuntungannya. Mulai dari pengambilan nama-nama pemain sepak bola hingga nama Indonesia. Dikehidupan nyata saya pernah menjumpainya. Teman SD saya tadinya bernama A. Tapi karena sakit-sakitan terus makanya namanya diganti jadi B. Dan setelah ganti nama itu teman saya sehat–sehat saja sampai sekarang. Kata orang tuanya sih namanya ga cocok dengan badannya gitu. Terus yang menarik saya untuk menonton acara itu sampai selesai karena ada membahas nama Indonesia.

Saya awalnya meradang mendengar narasumber Pak Arkand Bodhana Zeshaprajna yang katanya lulusan luar negeri. Lebih tepatnya lulusan University of Metaphysics International Los Angeles, California, Amerika Serikat, dia mengatakan Indonesia perlu diganti nama. Saya amat sangat tidak setuju jika nama Indonesia diganti. Saya malah penasaran apa nama yang tepat untuk mengganti “ Indonesia”. Untunglah Andy F Noya menanyakan nama yang tepat untuk Indonesia itu apa?. Dan jawabanya sungguh buat saya agak luluh sedikit, ya katanya Nusantara nama yang layak untuk menggantikan nama Indonesia”.

Pak Bodhana memberikan alasan katanya nama Indonesia itu jelek makanya banyak saja masalahnya. Dan dia juga meramalkan Indonesia akan terpecah-pecah begitu. Contoh yang sudah nyata adalah Timor Timur yang kini menjadi negara bernama Timor Leste. Saya sih kurang paham maksud alasanya dari segi ilmu metafisik itu. Diluar nalar pikiran saya.

Hmmm... mendengar Nusantara menurut saya sih lebih wah dan lebih besar karena kata “Nusantara” pernah diucapkan sang Patih Gajah Mada dengan sumpah Palapanya dijaman Kerajaan Majapahit. Apalagi Nusantara yang dulu luasnya juga lebih besar dari Indonesia yang sekarang. Jadi kata Nusantara memang sudah dari dulu dibuat oleh nenek moyang kita. Nusantara berasal dari bahasa Jawa Kuno. “Nusa” yang berati pulau dan “antara” artinya hubungan. Jadi Nusantara berarti rangkaian pulau-pulau.

Terus siapa yang memberikan nama Indonesia. Saya mencoba googling lagi karena ingin tahu sejarah pemakaian nama Indonesia. Istilah Indonesia untuk pertama kalinya ditemukan oleh seorang ahli etnologi Inggris bernama James Richardson Logan pada tahun 1850 dalam ilmu bumi. Istilah Indonesia digunakan juga oleh G.W. Earl dalam bidang etnologi. G.W. Earl menyebut Indonesians dan Melayunesians bagi penduduk Kepulauan Melayu.

Pada tahun 1862 istilah Indonesia digunakan oleh orang Inggris bemama Maxwell dalam karangannya berjudul The Island of Indonesia (Kepulauan Indonesia) dalam hubungannya dengan ilmu bumi. Istilah Indonesia semakin populer ketika seorang ahli etnologi Jerman bernama Adolf Bastian menggunakan istilah Indonesia pada tahun 1884 dalam hubungannya dengan etnologi.

Kata Indonesia berasal dari kata Latin indus yang berarti Hindia dan kata Yunani nesos yang berarti pulau, nesioi (jamak) berarti pulau-pulau. Dengan demilkian, kata Indonesia berarti pulau-pulau Hindia.
Bangsa Indonesia pertama kali menggunakan nama Indonesia secara politik. Istilah Indonesia untuk pertama kalinya digunakan oleh Perhimpunan Indonesia, yaitu organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar Indonesia di Negeri Belanda pada tahun 1908. Organisasi tersebut pertama kali bemama Indische Vereeniging. Kemudian nama itu diganti menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1922. Selanjutnya pada tahun 1922 juga namanya diganti Perhimpunan Indonesia.

Pada tahun 1928 Kongres Pemuda II di Jakarta menggunakan istilah Indonesia dalam hubungan dengan persatuan bangsa. Kongres Pemuda tersebut pada tanggal 28 Oktober 1928 menghasilkan Sumpah Pemuda yang di dalamnya tercantum nama Indonesia. Istilah Indonesia secara resmi digunakan sebagai nama negara kita pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Memang tidak penting masalah mengganti nama. Karena nama Indonesia saja sudah populer dan dikenal didunia. Tapi saya pernah baca artikel ketika piala dunia diadakan di Afrika Selatan ada WNI yang menonton langsung dan warga Afrika Selatan menanyakan darimana asalnya. Ketika menyebut nama Indonesia warga Afrika tersebut malah tidak tahu. Malah menyebutnya Indonesia itu di Malaysia ya? L Miris.

Indonesia masih banyak urusan yang lebih penting daripada hanya sekedar mengganti nama. Lagian saya juga sudah Cinta Indonesia. Tapi jika ada wacana sih juga tidak menolak 100% seperti ketika saya belum mendengar kata gantinya yaitu Nusantara. Yah setujunya mungkin 40%. Saya juga tidak percaya pada ramalan. Karena kata Nusantara saja hampir didengar dan dikenal sudah lama hanya saja Nusantara bukan nama Resmi.

Sumber:
http://menjejak-dunia.blogspot.com/2014/02/sejarah-asal-usul-nama-indonesia.html
www.serupedia.com
http://www.merdeka.com/peristiwa/ubah-nama-biar-tak-dicap-kere-indonesia-perlu-tiru-kazakhstan.html

Selamat Pagi.....

Cempaka Putih, 06 April 2014 05.00 am