Wanita Kampung
wanita penikmat perjalanan, mari berbagi dalam kesederhanaan

Minggu, 04 Januari 2015

Review Film 'Taare Zameen Par' ( Seperti Bintang-Bintang di Langit)


By on 01.59



Weekend ini Jakarta diguyur hujan deres terus menerus. Alhasil liburan tidak bisa kemana-mana. Mau ngemal aja jadi males bawaaanya. Apalagi nonton di bioskop. Sembari ngubek-ngubek film dihardisk yang belum saya  tonton. Ealah nemu judul yang rada Indiahelah. Saya mikir pasti ini film india yang ada nari-nari bohai. Mbatin aja. 

Eh saya malah salah duga, ini seperti film 3 idiot, my name is khan. Film ini bagus dah dengan setting latar India yang hidup sesuai apa adanya. Menggambarkan bagaimana anak-anak India yang dengan keceriaanya menikmati masa kanak-kanaknya. Ada juga yang yang membuat miris seperti tenaga kerja anak dibawah umur.



Well. Saya akan bercerita tentang alur film itu. Ada seorang anak umur 9 tahun yang duduk dibangku kelas 3 SD. Masih belum bisa baca tulis. Dan susah sekali menangkap semua pelajaran. Dia adalah Ishaan. Dia kurang konsentrasi dan mengalami disleksia yang susah dalam pengucapan kata-kata. 

Ishaan kecil sering dihukum oleh para gurunya karena sering tidak memperhatikan pelajaran. Matanya selalu memandang keluar jendela. Menikmati dunianya sendiri. Jadi inget buku Toto-chan gadis cilik dijendela hehe. Bener-bener anak yang special. 

Namun orang-orang disekeliling Ishan sering menganggap Ishann idiot, abnormal dsb. Sering dihukum gurunya dan juga diejek teman-temannya. Dibully secara fisik dan verbal. Sering membuat onar dengan anak tetangganya. 



Ayahnya yang seorang eksekutif yang sangat sibuk dengan pekerjaanya sampai marah dan memukul Ishaan. Pernah Ishaan membolos sekolah hanya untuk berjalan-jalan sendiri menyusuri kota. Mengamamati denyut kota india. Dunia yang sangat dikagumi Ishaan. Dia menikmatinya dengan caranya sendiri.

Karena kelakuanya yang tidak membaik, maka orang tuanya memindahkan sekolah Ishaan disekolah yang jauh dari rumah dan juga ada asramanya. Kesedihan Ishaan tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Tetapi dengan buku gambar. Ia menggambar semua halaman dengan gambar ayah, ibu, kakak dan dirinya. Tapi kalau dibuka dengan cepat tiap lembarnya maka ada keadaan dimana Ishaan menjauh memisahkan diri dari keluarganya. Karena ia merasa beda dan sedih dengan perpisahan ini.

Keadaan Ishan diasrama malah sama saja dengan sekolah sebelumnya. Sering dihukum dan menjadi bahan ejekan teman-temannya. Datanglah seorang guru pengganti yang bernama Ram Shankar ( Amir Khan). Ram begitu mengerti keadaan Ishaan. Dia merasa Ishaan itu berbeda dengan anak lainnya. Dia special layaknya anak yang bekebutuhan khusus. 

Dengan sabar guru Ram mengajari dan membimbingnya. Dengan segala metode pembelajaran yang bisa dipahami oleh anak-anak special, maka lambat laun Ishaan mulai mengerti bisa menulis dan membaca. Puncaknya Amir Khan  mengadakan lomba melukis disekolahnya yang diikuti oleh semua murid sekolah, guru dan kepala sekolahnya. Bakat Ishann yang hobi melukis ini bisa tersalurkan. Dan yang menjadi pemenang. adalah Ishaan. Dan tak disangka guru Amir khan melukis wajah dirinya yang tersenyun lepas. 



Ishaan kecil kini mulai percaya diri lagi. Dan mampu menjadi anak normal layaknya anak-anak lain disekolahnya. Dan happy ending. 

Intinnya: semua anak diciptakan special pasti ada orang-orang special pula yang bisa membimbingnya (orang tua special, guru special dan juga teman special). Jangan samakan dunia imaji tiap anak dengan imaji dunia yang umum yang anda bayangkan. Tapi selamilah tiap-tiap imaji itu dan kita bisa menyelam didalamnya.

Waah udah sore aja... Mandi dulu lah trus jjs cari makan yukk.. Hehe....

Suasanya indah Jakarta Sore ini lho...basah sehabis hujan...

Sekian dulu review darikuh...

Cempaka Putih, 04 Januari 2014 16.58wib







0 komentar:

Posting Komentar