Sumatra
Barat terkenal dengan cerita Malin Kundangnya dan kita bisa melihatnya
langsung Batu Malin Kundang yang ada dipantai Ai manih (Air Manis) yang
sedang besujud. Selain itu juga ada kisah Batu Angkek-angkek yang juga
tak kalah menarik untuk diceritakan.
Juni
kemarin Penulis berkesempatan menjajal jalan-jalan sendirian ke Sumatra
Barat. Destinasi wisata yang dikunjungi salah satunya adalah wisata
Batu Angkek-angkek yang terletak di didesa Balai Tabuh kecamatan
Sungayang, Kabupaten Tanah Datar kurang lebih 11 km dari kota Batusangkar.
Akses
menuju kesana sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi. Karena angkot
rada susah dan ga sampai kewisata itu. Kalau perlu nyewa ojek atau
rental mobil bila anda datang bersama rombongan. Masuk kesana gratis
tapi ada kotak infak seikhlasnya.
Sejarah
Batu Angkek-angkek diawali mimpi dari Dt Bandaro Kayo salah seorang
kepala kaum dari suku Piliang. Ia didatangi oleh Syech Ahmad dan disuruh
untuk mendirikan sebuah perkampungan yang sekarang dikenal dengan nama
Kampung Palangan.
Pada
saat pembangunan tonggak pertama terjadi suatu peristiwa aneh, yakni
terjadi Gempa Lokal dan hujan panas selama 14 hari 14 malam. Karena
terjadi peristiwa itu diadakanlah musyawarah dan saat musyawarah
berlangsung terdengar suara gaib yang berasal dari lobang pemancangan
bangunan bahwa dilokasi itu ada sebuah batu yang dikenal dengan batu
Pandapatan. Batu itu harus dirawat dengan baik.
Sekarang
batu itu dikenal dengan nama Batu Angkek-angkek, ramai dikunjungi oleh
wisatawan. Untuk mengetahui pertanda niat seseorang tercapai atau
tidaknya maka dapat dilihat terangkat atau tidaknya batu tersebut.
Banyak
orang yang sudah melakukannya (mengangkatnya) dan niatnya dikabulkan
(terjadi) jika tidak bisa mengangkatnya maka niatnya tidak tercapai.
katanya sih. Untuk mengangkatnya pun tidak sembarang angkat. Ada tata
cara dan urutanya. Membaca doa dan niat terlebih dahulu. Posisi tubuh
pun harus duduk seperti orang sholat. Di dinding dekat Batu
Angkek-angkek pun sudah ada gambar foto tata cara dan doa-doa yang harus
dibaca sebelum mengangkatnya. Didalam kotak kelambu juga ada keranjang
tempat orang meberikan sesuatu (uang atau barang) setelah bisa
mengangkatnya.
Teman
yang menjadi guideku ikut mengangkatnya tapi ga terangkat. Katanya
terlalu berat. Memang sih orang yang mengkatnya bisa ringan 5 kg bahkan
sampai 100kg lebih tergantung niat masing-masing.
Tapi
yang lebih utama tetep percaya pada Tuhan yang selalu mengabulkan
doa-doa dan usaha kita tentunya. Batu itu hanya sebagai pertanda saja.
Kita harus selalu berdoa dan berusaha untuk mencapai apa yang kita
cita-citakan tentunya.
Salam jalan-jalan...
Cempaka Putih , 07 Juli 2013 09.31 WIB
0 komentar:
Posting Komentar